Selasa, 05 November 2013

# Penipuan Masal #

Di zaman keterbukaan informasi semacam zaman kita ini, dunia seakan terasa sempit. Betapa tidak, dengan mudahnya anda menyampaikan informasi ke orang terjauh dan bahkan ke masyarakat umum tanpa harus bersusah payah. Kemajuan ini tentunya membawa berkah, namun juga berpotensi membawa petaka.

Betapa tidak, di zaman kita ini, siapapun bisa berbicara kepada publik, membuat analisa, dan lainnya. Bahkan bagi orang orang yang memiliki atau menguasai mass media dapat dengan mudah mempengaruhi opini publik.

Pecundang dianggap pejuang, pendusta dieluk-elukkan sehingga terkesan sebagai pahlawan. Orang bodoh lagi pandir diekspos secara terus menerus sehingga dianggap sebagai pakar, atau bahkan sebagai "satrio piningit" alias pahlawan pembawa perubahan, harapan masa depan, dan terus dieluk-elukkan.

Tiada hentinya media memberitakannya, dari hari ke hari, bahkan seakan setiap gerak dan geriknya tiada luput untuk diekspos dengan bahasa yang demikian rupa. Seakan mereka adalah fogur suci tanpa kesalahan dan haram untuk dikritisi. Karena itu siapapun yang mengkritisi mereka maka segera dikroyok ramai ramai oleh media pendukung satrio piningit gadungan tersebut.

Padahal kalau anda sedikit berpikir kritis saja, niscaya anda dapatkan segudang bukti akan kebobrokan mereka yang terus ditutup-tutupi.

Sebaliknya, media masa tiada lelah mengesankan buruk para pejuang sejati sehingga masyarakat menganggapnya sebagai pengkhianat. Orang baik tiada henti disudutkan dan dikorek-korek kesalahannya sehingga terkesan sebagai pengkhianat. Yang benar diberitakan sebagai kesalahan dan yang salah dikemas sedemikian rupa sehingga terkesan sebagai kesalahan yang tidak dapat diampuni. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إن بين يدي الساعة سنين خداعة يصدق فيها الكاذب ويكذب فيها الصادق ويؤتمن فيها الخائن ويخون فيها الأمين وينطق فيها الرويبضة. قيل: وما الرويبضة. قيل: المرء التافه يتكلم في أمر العامة ".
Sesungguhnya sebelum bangkitnya hari kiyamat akan ada beberapa tahun yang banyak terjadi penipuan. Pada saat itu pendusta dipercayai, sedangkan orang jujur didustakan. Pengkhianat dipercaya, sedangkan orang yang manat dianggap berkhianat. Dan pada saat itu pula banyak bermunculan " ruwaibidhoh"? Spontan para sahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan " ruwaibidhoh" beliau menjawab: orang bodoh lagi hina namun banyak membicarakan urusan-urusan ummat banyak. ( Ahmad dan lainnya)

Fakta yang terjadi di sekitar kita di negri kita, nampaknya menjadi salah satu contoh nyata dari hadits di atas. Membaca hadits ini, terbetik khayalan: seakan Nabi shallallahu alaihi wa sallam menceritakan fakta yang sedang kita alami pada saat ini.

By: Ust. Dr Muhammad Arifin Badri,MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar